Jakarta,Detiksorotan.com-Sumatra Barat dikenal dengan kekayaan budaya, sumber daya alam, dan potensi pariwisatanya yang luar biasa. Namun, di balik pesona alam dan adat yang masih terjaga, provinsi ini menghadapi kenyataan pahit: tertinggal dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Berbagai faktor menjadi penyebab keterlambatan ini, mulai dari infrastruktur yang kurang memadai hingga ketergantungan pada sektor primer.
Burhanuddin, seorang yang aktif dilembaga Corruption Investigation Committee (CIC) sekaligus mahasiswa Fakultas Hukum yang juga aktif dalam dunia jurnalistik, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi Sumatra Barat yang terus tertinggal dalam beberapa dekade terakhir.
“Sumatra Barat memiliki potensi yang luar biasa, namun kita belum mampu memanfaatkannya secara maksimal. Infrastruktur yang belum merata dan ketergantungan pada sektor pertanian yang nilai tambahnya rendah adalah salah satu penyebab utama,” ujar Burhanuddin.
Ia juga menyoroti minimnya investasi dan pengembangan industri di Sumatra Barat yang menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, kurangnya investasi berdampak langsung pada terbatasnya lapangan kerja dan kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
“Kita perlu menarik lebih banyak investasi, bukan hanya di sektor perkebunan dan pertanian, tapi juga di sektor industri dan jasa. Tanpa itu, Sumatra Barat akan terus tertinggal,” tambahnya.
Burhanuddin juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja di provinsi ini. Ia melihat, tanpa adanya pendidikan yang memadai, tenaga kerja lokal sulit bersaing dalam era globalisasi yang menuntut keterampilan tinggi.
“Pendidikan dan pelatihan keterampilan harus menjadi prioritas. Kita harus memastikan bahwa generasi muda kita memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk bersaing, baik di tingkat nasional maupun internasional,” tegasnya.
Selain itu, Burhanuddin juga menyoroti perencanaan dan pengelolaan pemerintahan yang menurutnya masih kurang efektif. Ia mengkritisi birokrasi yang lambat dan seringkali diwarnai oleh praktik korupsi, yang menurutnya menjadi salah satu faktor penghambat utama pembangunan di Sumatra Barat.
“Perencanaan jangka panjang yang efektif dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya adalah kunci untuk membawa Sumatra Barat keluar dari keterbelakangan ini. Kita harus mendorong pemerintah daerah untuk lebih proaktif dan tegas dalam menjalankan tugasnya,” jelas Burhanuddin.
Terakhir, Burhanuddin menyoroti isu konektivitas digital yang masih menjadi kendala di Sumatra Barat. Ia menyadari bahwa di era digital ini, konektivitas internet adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat bisa mengakses informasi, teknologi, dan pasar global.
“Kesenjangan digital ini harus segera diatasi. Tanpa konektivitas yang memadai, kita akan semakin tertinggal dalam berbagai aspek, mulai dari pendidikan hingga ekonomi,” tutup Burhanuddin.
Melihat situasi ini, Burhanuddin mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda, untuk tidak tinggal diam. “Keterlambatan bukan takdir. Kita harus berbenah dan bersama-sama berjuang untuk memajukan Sumatra Barat. Kita punya semua potensi, tinggal bagaimana kita mengelolanya dengan bijak,” pungkasnya.
(red/pm)