Sumbar,Detiksorotan.com– Di tengah hamparan perbukitan di Korong Pawuah, Nagari Sicincin, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, berdiri sebuah surau tua yang sarat sejarah namun terlupakan. Surau Atok Ijuak, demikian namanya, menjadi saksi bisu persatuan antara darek (daratan) dan rantau (perantauan) Minangkabau di masa lalu. Surau ini disebut-sebut menyimpan naskah-naskah Alquran tulisan tangan sejak era Unku Alif Ba Ta, masa di mana nilai-nilai keislaman dan adat saling menguatkan dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Herman Zaher, seorang pemerhati sejarah dan budaya Minangkabau, keberadaan surau ini sengaja tidak dipopulerkan oleh sebagian pemuka adat dan elite keamanan (elkam) karena dianggap memiliki potensi besar memengaruhi tatanan adat di Minangkabau. “Surau ini merupakan simbol pertemuan antara darek dan rantau. Jika surau ini dibumikan kembali, pengaruhnya terhadap adat Minangkabau bisa sangat besar,” ujarnya.
Surau Atok Ijuak berbeda dengan Pagaruyung yang dikenal luas masyarakat sebagai pusat budaya Minangkabau. Zaher bahkan menyebut Surau Atok Ijuak memiliki nilai sejarah lebih tinggi dibandingkan Pagaruyung yang menurutnya dibangun ulang oleh Belanda pasca-Perang Padri. “Surau Atok Ijuak ini adalah warisan asli yang belum terjamah. Sejarahnya bukan hasil rekonstruksi kolonial, melainkan murni dari leluhur kita,” tegasnya.
Sayangnya, kondisi surau ini kini sangat memprihatinkan. Atapnya bocor, lantainya lapuk akibat rembesan air hujan, dan bangunannya mulai rapuh dimakan waktu. Masyarakat sekitar yang mengetahui keberadaan surau ini mengaku prihatin, namun keterbatasan dana membuat perawatan tidak dapat dilakukan secara optimal.
Potensi Wisata Sejarah dan Religi
Surau Atok Ijuak sejatinya berpotensi menjadi destinasi wisata sejarah dan religi yang menarik di Padang Pariaman. Selain memiliki nilai historis, surau ini dapat menjadi titik temu bagi masyarakat Minangkabau untuk memahami kembali akar budaya dan ajaran Islam yang selama ini menjadi filosofi hidup dalam Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
“Pemerintah daerah perlu turun tangan. Jangan biarkan warisan ini lenyap begitu saja,” kata Herman Zaher menutup pembicaraan.
Kini, harapan muncul agar Surau Atok Ijuak dapat kembali diperbaiki dan dikenalkan ke generasi muda. Sejarah yang tersembunyi bukan untuk dilupakan, melainkan untuk dipelajari dan dijaga demi memperkuat jati diri masyarakat Minangkabau di masa depan.(wn/zh)