Dirjen kapabean dan cukai Askolani, Anak Palembang yang Menjadi Nakhoda Strategis Keuangan Negara

Detiksorotan.com,Jakarta – Tidak banyak yang tahu bahwa sosok tenang di balik kebijakan fiskal dan reformasi kepabeanan Indonesia adalah seorang pria sederhana asal Palembang. Dialah Askolani, Direktur Jenderal Bea dan Cukai yang dikenal tak hanya cerdas, tapi juga rendah hati dan berdedikasi tinggi dalam setiap langkah pengabdiannya untuk negeri.(10/04/25)

Lahir pada 11 Juni 1966, Askolani tumbuh di tengah suasana Palembang yang bersahaja. Sejak muda, ia menunjukkan ketertarikan besar terhadap ekonomi dan kebijakan publik. Tekadnya yang kuat membawanya menempuh pendidikan di Universitas Sriwijaya, hingga akhirnya melanglang buana ke Amerika Serikat dan meraih gelar Master of Arts di bidang Economics and Banking dari University of Colorado pada 1999.

Namun kisah sukses Askolani bukanlah cerita instan. Kariernya di Kementerian Keuangan dimulai dari bawah. Ia memegang posisi demi posisi, dari pelaksana hingga Kepala Subbagian, menempuh jalan panjang selama bertahun-tahun yang ditempa dengan kerja keras, ketelitian, dan integritas.

Di setiap tempat ia ditempatkan, Askolani dikenal sebagai pemikir strategis. Ia tak hanya menjalankan tugas, tapi memberi solusi. Ketika menjabat sebagai Direktur Jenderal Anggaran, ia menjadi arsitek berbagai kebijakan belanja negara yang tepat sasaran dan akuntabel. Dan kini, di bawah kepemimpinannya sebagai Dirjen Bea dan Cukai sejak 2021, instansi ini terus berbenah menjadi lembaga yang makin modern dan bersih.

Cecep cahyana wartawan dan aktivis

Askolani membawa transformasi besar dalam pengawasan kepabeanan, pelayanan ekspor-impor, serta penegakan hukum di perbatasan negara. Di tengah tantangan global dan dinamika ekonomi, ia mampu menjaga kestabilan penerimaan negara dan mendukung sektor industri nasional.

Beliau adalah contoh pejabat negara yang tak pernah haus sorotan, tapi kerjanya nyata dan berdampak.

Di luar ruang rapat dan kebijakan, Askolani tetap dikenal hangat. Ia suka berdiskusi dengan junior, membuka ruang dialog, dan mendorong budaya birokrasi yang inklusif dan profesional.

Hari ini, ketika tantangan fiskal semakin kompleks, Indonesia membutuhkan lebih banyak figur seperti Askolani yang tidak hanya mengerti angka, tetapi juga memahami makna pengabdian dan tanggung jawab. Ia adalah bukti bahwa integritas, kecerdasan, dan kerja keras masih menjadi resep ampuh membangun negeri.(burhan/cecep)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *